Pengalaman Kuliah di Jerman 2023, Ini 10 Faktanya

Pengalaman Kuliah di Jerman 2023

Pengalaman Kuliah di Jerman 2023, Ini 10 Faktanya

Pengalaman Kuliah di Jerman 2023, Ini 10 Faktanya – Belajar di luar negeri selalu memberi pengalaman unik yang sulit didapatkan kalau tetap di negeri sendiri. Apalagi kalau kamu bisa kuliah di negara top Eropa, misalnya Jerman.

Untuk Info lebih lengkapnya bisa isi Biodata Disini

Selain mendapatkan pendidikan berkualitas, pengalaman kuliah di Jerman dalam suasana multikultural akan merubah cara pandangmu pada dunia.

Nah bagi yang hendak kuliah di Jerman, pasti akan menemui keanehan yang ditemui di negara tersebut. Dan kami telah mengumpulkan berbagai fakta pengalaman kuliah di Jerman yang dialami mahasiswa Indonesia. Ingin tahu apa saja? Simak di artikel berikut ini.

Pengalaman Kuliah di Jerman

1.Kuliah gratis tapi biaya hidup mahal

Apakah kuliah di Jerman benar-benar gratis? Kalau urusan SPP atau tuition fee, sebagian besar universitas negeri memang menggratiskan. Mahasiswa hanya membayar administrative fee sebesar 250 Euro atau Rp 4 juta per semester.

Tapi ternyata tidak semua universitas negeri menggratiskan biaya kuliah. Tergantung kebijakan masing-masing negara bagian. Diantara 16 negara bagian, ada dua yang menerapkan biaya kuliah, yaitu negara bagian Bayern dan Baden Wurttenberg.

Masalahnya lagi, hampir semua kota di Jerman berbiaya hidup tinggi. Bahkan hidup di kota kecilpun terasa mahal bagi mahasiswa Indonesia.

Untuk bisa hidup nyaman dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (sewa kamar, makan, asuransi, dll), mahasiswa setidaknya memerlukan 750 Euro atau Rp 12,5 Juta tiap bulan.

Untungnya ada banyak cara mahasiswa untuk mengatasi tingginya biaya hidup Jerman. Salah satunya dengan mencari beasiswa. Kalaupun harus tanpa beasiswa, banyak mahasiswa yang kuliah sambil kerja paruh waktu.

2.Beasiswa Jerman

Sebenarnya ada banyak cara untuk membiayai biaya hidup selama di Jerman, salah satunya beasiswa. Untuk mahasiswa S2 atau S3, tersedia banyak beasiswa kuliah di Jerman. Beasiswa S1 juga tersedia, tapi memang tidak mudah mendapatkannya.

Salah satu beasiswa Jerman yang sangat terkenal di kalangan mahasiswa asing adalah DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst), kalau diartikan terjemahan bebas menjadi Dinas Pertukaran Akademis Jerman.

DAAD tiap tahunnya menyediakan beasiswa penuh untuk puluhan ribu mahasiswa dari luar Jerman. Mahasiswa akan ditanggung kebutuhan kuliah, biaya hidup, asuransi, uang saku bulanan, akomodasi, tunjangan transportasi dll.

Baca Juga  Belajar Bahasa Jerman untuk Pemula Cepat dan Mudah Dengan Aplikasi Ini

Selain itu, ada beberapa lembaga lain yang menyediakan beasiswa Jerman seperti Erasmus +, Heinrich Böll, Deutschlandstipendium, dan masih banyak lagi.

Sedangkan dari dalam negeri, harapan terbesar mahasiswa Indonesia adalah beasiswa LPDP yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.

Beasiswa membuat mahasiswa lebih fokus pada study dan tidak terbebani dengan tingginya biaya hidup di Jerman.

3.Mandiri atau dengan agen?

Ternyata banyak lho mahasiswa yang berangkat ke Jerman dengan bantuan agen. Mahasiswa harus membayar puluhan juta, bahkan ada yang sampai ratusan juta untuk membayar jasa agen.

Padahal semua bisa diurus sendiri. Dan mengurus kuliah ke Jerman, dari tes masuk universitas hingga keberangkatan sebenarnya tidak rumit kok.

Asal memiliki kemampuan akademik, diterima universitas Jerman, skill bahasa Inggris mencukupi, dan mendapat informasi yang tepat, keberangkatan ke Jerman bisa diurus sendiri.

Informasi pengurusan keberangkatan ke Jerman biasanya bisa ditanyakan ke konsultan pendidikan Jerman atau lembaga kursus bahasa Jerman.

Kursus bahasa Jerman yang baik tidak hanya membuat mahasiswa bisa berbahasa Jerman, tapi juga memberikan info sejelas-jelasnya apa saja step-step untuk berangkat ke Jerman.

Pengalaman Kuliah di Jerman 2023

4.Memilih jurusan kuliah

Jurusan studi yang sangat lengkap menjadi salah satu alasan mahasiswa memilih Jerman. Jurusan yang berhubungan dengan Teknik masih menjadi favorit.

Apakah karena pengaruh pak Habibie yang lulusan Teknik Penerbangan RWTH Aachen University? Bisa jadi. Selain itu, Jerman memang gudangnya inovasi dan teknologi.

Tapi jurusan apapun di Jerman tetap menawarkan kualitas pendidikan kelas dunia. Bahkan ada banyak mahasiswa Indonesia yang mengambil jurusan non eksakta, seperti Ilmu Hukum, Politik, Bisnis, dll.

Dan yang lebih penting lagi, pilih jurusan yang sesuai passionmu. Menjalani studi yang sesuai minat dan bakat akan menghasilkan tenaga ekstra.

Pastikan juga jurusan yang dipilih dibutuhkan bangsa dan negara di masa depan. Sehingga kamu bisa memberikan kontribusi sesuai keahlian yang dimiliki.

5.Apa ada kuliah berbahasa Inggris?

Untuk mahasiswa S1, mau tidak mau harus menguasai bahasa Jerman dulu. Karena sangat jarang ada program studi yang diajarkan dalam bahasa Inggris.

Baca Juga  7 Cara Memperkenalkan Diri dalam Bahasa Jerman

Bisa dibilang modal bahasa Jerman menjadi kunci sukses kuliah S1 di Jerman. Bahkan untuk masuk ke Studienkolleg (kelas persiapan untuk mahasiswa asing), minimal mahasiswa harus menguasai bahasa Jerman level B1.

Untuk mencapai kemampuan itu, biasanya mahasiswa memerlukan kursus bahasa Jerman selama 6 bulan sampai 1 tahun.

Lain cerita mahasiswa yang kuliah Master atau Pascasarjana. Terkadang bahasa Inggris saja sudah cukup. Karena memang sudah banyak program Pascasarjana yang perkuliahannya berbahasa Inggris. Mereka tinggal memaksimalkan skor TOEFL saja.

Tapi kuliah dan tinggal di Jerman membuat mahasiswa tidak hanya hidup di lingkungan kampus saja. Mereka tidak bisa lepas dari interaksi dengan penduduk Jerman. Sehingga belajar bahasa Jerman sangat membantu aktivitas sehari-hari.

6.Pentingkah absensi?

Bagi mahasiswa Indonesia, pasti sudah akrab dengan absensi 75%. Karena kehadiran sebanyak 75% menjadi syarat ikut ujian. Suka tidak suka, mahasiswa harus hadir di perkuliahan.

Tapi bagi mahasiswa Jerman, mereka tidak harus hadir ke kelas. Bahkan tidak ada absensi di perkuliahan. Absensi hanya dilakukan ketika praktikum atau mata kuliah seminar.

Tapi bukan berarti mahasiswa bisa seenaknya sendiri. Justru mahasiswa memiliki cara belajar sendiri-sendiri. Tidak heran kalau ada mahasiswa yang sangat jarang hadir di kelas tapi nilai ujiannya sangat baik. Karena bisa jadi dia memilih belajar sendiri daripada masuk kelas.

Ada juga yang memilih belajar di perpustakaan hingga larut malam atau mengandalkan catatan teman. Universitas di Jerman membebaskan cara belajar yang dipilih. Yang penting, mahasiswa bisa mengerjakan ujian akhir.

7.Standar ujian sangat tinggi

Tiap negara pasti memiliki standar pendidikan sendiri-sendiri. Tapi standar kualitas pendidikan Jerman memang sangat tinggi. Tingginya bobot ujian membuat mahasiswa kesulitan mendapat nilai bagus.

Bahkan bisa sekedar lulus ujian saja sudah prestasi sangat bagus. Karena ada banyak mahasiswa asing yang gagal saat ujian. Dengan sistem sangat ketat dan bahasa yang berbeda, mahasiswa benar-benar harus fokus 100%.

Baca Juga  100 Daftar Kata Kerja Bahasa Jerman yang Paling Umum Digunakan

Dan kalau gagal ujian akhir, mahasiswa tidak bisa mengulang di semester pendek. Karena Dosen lebih memilih meliburkan diri.

Jadi mahasiswa hanya bisa mengulang di semester reguler. Itupun hanya diberi 2 kali kesempatan mengulang. Kalau masih gagal juga, berarti tidak akan lulus selamanya.

8.Lama kuliah

Lama perkuliahan di Jerman sebenarnya sama dengan di Indonesia. Tapi kuliah di Jerman tidak selalu mudah. Dengan standar tinggi, sangat jarang ada mahasiswa yang bisa lulus Sarjana dalam tiga tahun.

Kebanyakan mahasiswa menyelesaikan studi S1 dalam waktu 4 tahun. Sedangkan untuk Pendidikan Dokter bisa menghabiskan waktu 6 sampai 8 tahun.

9.Kerja paruh waktu

Bagi mahasiswa non beasiswa dan keuangan terbatas, mereka bisa mendapatkan penghasilan dengan mengambil kerja paruh waktu. Apalagi peluangnya sangat besar. Banyak lowongan kerja di Jerman yang merekrut mahasiswa.

Dengan upah sekitar 8,5 Euro per jam dan bekerja 20 jam per minggu, mahasiswa bisa mendapat penghasilan sekitar 400 hingga 500 Euro per bulan. Sangat cukup untuk membiayai mahasiswa single dan tidak terlalu boros.

Tidak hanya untuk menopang kebutuhan sehari-hari, kerja paruh waktu menjadi cara efektif melancarkan skill bahasa Jerman.

Sangat terlihat beda kemampuan bahasa Jerman mahasiswa yang hanya bergaul di kampus dengan yang terlibat percakapan di tempat kerja.

10.Hubungan Dosen dan Mahasiswa

Dosen di Jerman sangat kooperatif, terlebih kalau berurusan dengan perkuliahan. Mahasiswa bisa menemui kapan saja sesuai kesepakatan.

Tapi tetap saja mahasiswa harus datang tepat waktu. Karena orang Jerman sangat tabu dengan jam karet. Bagi orang Jerman, datang telat bisa berarti kurang menghargai orang yang diajak janjian.

Selain itu, Dosen di jerman juga tidak terbiasa bercerita urusan pribadi ke mahasiswa. Sangat jarang ada Dosen yang mau bertukar cerita mengenai keluarga, anak, istri, atau curhat masa lalu. Jadi hubungan dosen dan mahasiswa biasanya hanya berkisar urusan penelitian dan perkuliahan saja.

Nah itu tadi beberapa fakta pengalaman kuliah di Jerman yang sering dialami mahasiswa Indonesia. Gimana, sudah siap untuk lanjut belajar di Jerman?

×

Kami Ingin Memahami Bagaimana Kami Dapat Membantu Anda Semaksimal Mungkin.

× How can I help you?